Sabtu, 01 September 2012


Berjenaka dengan Bahasa “Unyu”

 
 
 
 
 
 
Rate This

 
Oleh  :  Nurfita Kusuma Dewi
Fenomena bahasa “unyu” tengah marak digunakan oleh kalangan anak muda bangsa ini.  “Unyu” adalah bahasa yang kerap digunakan oleh para pengguna akun sebuah situs jejaring sosial untuk berkomunikasi dengan teman-temannya di dunia maya.  Maka tidak heran jika kosakata “unyu” justru jarang kita temukan dalam bahasa percakapan sehari-hari di dunia nyata.
Sampai saat ini, tidak ada yang tahu dengan pasti sejak kapan dan darimana fenomena bahasa “unyu” ini mulai muncul dan dipergunakan.  Bahkan arti kata “unyu~” belum dapat didefinisikan secara tepat dan seragam.  Sebagian orang menganggap bahwa kosakata “unyu~” diambil dari buku-buku manga (komik Jepang).  Kata “unyu” setara artinya dengan kata “ugu~”, “nyo~”, “nya~”, atau “pyo~” yang tidak memiliki makna dan sekedar menggambarkan ekspresi seperti kata “sigh!” yang menunjukkan helaan nafas.  Secara sederhana, kata “unyu” kemudian dianggap sebagai kata yang mengacu pada hal atau benda yang lucu, imut, genit, dan menggemaskan.
Menurut Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum (2006) variasi kebahasaan seperti ini tidak sepenuhnya dapat dibenarnya secara linguistik.  Bahkan dalam psikolinguistik, berbicara dengan gaya kemayu atau bermanja-manja dianggap sebagai manifestasi gangguan berbahasa yang bertaut dengan aspek-aspek mental.  Seorang pria yang berbicara dengan kemanja-manjaan dapat dikatakan mengalami gangguan psikolinguistis yang disebut gejala psikogenik.
Fenomena bahasa “unyu” memang tidak dapat dikategorikan sebagai gangguan berbahasa.  Namun gejala ini merupakan wujud ketidaktepatan dari sikap mental dan kematangan diri seseorang.  Gejala meniru-niru ucapan anak kecil (baby talk) yang terdapat pada kata “unyu”, “lucyuw”, “akyuw”, “cakit”, atau “cenang”, berkaitan erat dengan kepsikogenikan ini.
Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kreativitas berbahasa kerap menciptakan kejenakaan, kelucuan, dan kedekatan dalam kehidupan berbahasa.  Bahkan keberadaan fenomena bahasa “unyu” atau “gaul” di kalangan anak muda juga tidak perlu ditempatkan sebagai musuh atau pesaing kemapanan bahasa nasional yang telah ada.  Biarkan ragam bahasa (baku, ilmiah, gaul) tumbuh dalam ranah bahasa masing-masing.  Sepanjang ragam bahasa digunakan pada waktu dan tempat yang tepat serta digunakan secara tidak berlebihan maka fenomena kreativitas dalam berbahasa akan mampu menjadi mitra dalam perkembangan dan kemajuan pemakaian bahasa Indonesia.
Dan berikut ini adalah komentar “deovalent“, seorang aktivis di Kaskus, ketika menanggapi fenomena bahasa “Unyu” di dunia maya  :
Unyu adalah suatu konsep bertutur dalam rangka mewujudkan suatu visualisasi dari apa yang masyarakat dewasa ini sebut dengan Mencoba Menjadi Imut (MMI) sekaligus Mencoba Tetap Gaul (MTG) maupun Mencoba Terus Eksis (MTE).  Fenomena Unyu yang sangat kental dalam perbincangan, baik dalam kehidupan hari lepas hari, maupun publikasi komentar, status, dan bercuap-cuap antar sesama penikmat efek dari mengucapkan Unyu, menyebabkan Unyu menjadi cukup mendapat perhatian masyarakat di luar masyarakat penikmat efek dari mengucapkan Unyu tadi. Unyuu, seperti halnya kosakata yang diucapkan dalam rangka MTG maupun MTE tadi, pada akhirnya hanyalah sebuah fenomena belaka, selama tidak ada korban yang dirugikan, maka biarkanlah Unyu dan segala penikmat efek dari mengucapkan Unyu bebas berkeliaran dan dicuapkan kapanpun dan dimanapun, meskipun bisa membuat kita yang tak menikmati efek dari mengucapkan Unyu menjadi tergelengkan segala yang bisa digeleng-gelengkan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar