Hiburan Allah untuk Orang yang Sedang Sakit (1)
Pengantar
Saya mempunyai seorang teman yang menderita penyakit LUPUS. PenyakitLupusdiduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, anehnya justru imunitas itu malah menyerang organ-organ tubuhnya. Penyakit ini tergolong misterius. Para dokter kadang bingung mendiagnosa penyakit ini. Hingga saat ini belum ditemukan obat yang manjur untuk mengatasinya.
Sudah empat tahun lamanya dokter memvonisnya dengan penyakit itu. Pernah selama satu bulan lamanya dia harus dirawat di rumah sakit. LUPUS itu menyerang ginjalnya. Tubuhnya membengkak karena fungsi ginjal terganggu. Dia harus diberi obat dieuretik agar dapat membantu mengeluarkan cairan berlebih yang ada dalam tubuhnya. Bila sudah minum obat itu, beberapa menit sekali pasti buang air kecil hingga dia merasa kelelahan. Tidak hanya itu, di wajahnya terdapat ruam-ruam merah pertanda Lupusnya sedang aktif.
Setelah keluar dari rumah sakit, dia masih harus minum obat dieuretik itu dan obat-obat yang lain. Dalam sehari semalam bisa minum dua puluh hingga tiga puluh enam butir! Bila tidak diminum, tubuhnya mulai merasa sakit. Persendian terasa linu. Tubuhnya mulai membengkak lagi. Ada perasaan lelah di hatinya karena harus minum obat yang banyak itu setiap hari meskipun kini dosis obat sudah mulai berkurang. Ada perasaan putus asa, kapankah dirinya sembuh? Apakah semua ini merupakan azab Tuhan bagi dirinya? Emosinya menjadi labil. Sering marah-marah tanpa sebab, menangis sendiri karena merasa orang-orang pasti menjauhinya, dan merasa kasihan dengan orang-orang sekitarnya yang terus-menerus membantunya sementara dia sendiri tidak berdaya, apalagi membantu mereka.
Saya merasa terpanggil untuk membantu teman saya ini. Sebagai seorang penulis, saya bisa menghiburnya dengan tulisan yang saya buat. Mudah-mudahan dengan tulisan itu, dia semakin termotivasi untuk menjalani kehidupannya. Saya berdoa semoga Allah memberikan kesembuhan kepadanya. Semoga diberi kesabaran. Semoga penyakitnya itu menjadi penggugur dosa-dosanya.Mudah-mudahan tulisan itu bermanfaat bagi mereka yang sedang sakit di manapun mereka kini berada. Allahumma a’inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik.
Indocsdotnet Mujahid
———————-
Betapa banyak orang yang sebelumnya kuat dan sehat tiba-tiba menjadi lemah. Betapa banyak wanita yang sebelumnya cantik menjadi buruk rupa. Karena terserang suatu penyakit.
Betapa banyak orang menjadi miskin karena hartanya terkuras habis untuk mengobati penyakitnya yang berkepanjangan.
Semua itu realitas yang tidak bisa kita pungkiri. Apatah lagi mengecam dan menghina. Kita menyaksikannya di rumah-rumah sakit, di gubuk derita hingga rumah-rumah mewah, di hotel sederhana hingga berbintang lima.
Bagi mereka yang menyaksikannya hendaklah memandang dengan rasa bersyukur. Bila sehat, dia bersyukur bahwa ternyata Allah masih memberi kesehatankepadanya. Bagi mereka yang sakit, ternyata ada orang yang jauh lebih menderita dari dirinya dan ia pun bersyukur karenanya. Bagi mereka yang miskin harta, bersyukur atas karunia Allah yang telah diberikan-Nya setelah melihat orang kaya terbaring lemah seolah tak berharga. Dia masih memiliki nikmat, yaitu nikmat sehat. Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?
***
Bagaimana kita bisa menerima itu dengan sabar dan syukur jika hanya diam membisu dan mata tertutup dari kebenaran? Bagi mereka yang sakit hanya bisa menangis dan meringis. Hingga kemudian mati dalam keputus asaan. Sedangkan bagi mereka yang sehat, tidak sedikit pun pernah mau mengambil pelajaran. Kedua kelompok ini adalah orang yang telinga, mata, mulut, hati, telinga, dan kakinya tidak digunakan di jalan yang Allah ridhai.
Kembalilah kepada hukum Allah. Kembalilah kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Itulah kuncinya. Keduanya ibarat perahu Nabi Nuh As. Siapa yang menaikinya, maka dia akan selamat dan bahagia.
Para Nabi dan orang-orang beriman telah mengikuti jalan-Nya. Mereka itu contoh teladan yang dapat kita petik pelajaran.
Mari menatap ke depan dengan layar terkembang penuh harapan. Sesungguhnya hari esok pasti lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. Ombak badai menghantam, di tepian sana ada daratan. Naikilah perahu ini agar meraih keselamatan.
***
Iman adalah kekuatan bagi seorang mukmin. Bahkan dia lebih hebat daripada senapan mesin di medan jihad seperti Palestin. Meskipun mereka bersenjatakan ketapel tapi berani menyongsong tank baja Mirkava. Dengan iman seorang mujahid rela berkorban. Apa yang dia ketahui? Ya, masa depan. Nun jauh di sana tapi dekat di hati, ada surga untuk mereka, ada Allah yang akan menolong mereka, ada bidadar-bidadari yang tersenyum menyambut mereka, ada kemuliaan yang sedang menanti mereka.
Bagaimana kalian bisa hidup tanpa iman? Karena akhirnya kalian tidak punya tujuan. Berjalan ke sana kemari tak tentu arah. Menganggap ada padahal fatamorgana.
Manusia tanpa iman tidak paham jika Tuhan sedang memandangnya. Tidak memahami mengapa musibah ini terjadi. Yang dia inginkan hanya keluar dari kesulitan, entah bagaimana caranya!
Manusia tanpa iman tidak berdoa, karena menganggap hasil yang ada adalah dari kerja kerasnya semata.
Ketika penyakit tak kunjung sembuh, apakah yang muncul kemudian adalah keputus asaan? Ya, demikian kata Nabi Ibrahim ketika Allah menguji merekadengan berbagai cobaan. Orang beriman mempercayai apa yang tidak dipercayai orang selainnya. Yaitu, Allah Tuhan mereka Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Bijaksana, Maha Adil, dan Maha Berkehendak. Tidaklah heran bila Allah mengangkat kemandulan istri Zakaria di usia tua. Lalu Dia memberinya Yahya. Nabi penerus sang ayah tercinta. Tidaklah heran bila Allah mengangkat penyakit Ayyub saat tangan-tangan tabib tak mampu mengobati. Tidaklah heran bila Allah menyembuhkan berbagai penyakit. Hal ini terpampang dengan jelas dalam sejarah. Aneh tapi nyata.
Wahai Bilal, engkau berkulit hitam legam. Nenek moyangmu dari negeri Afrika. Siapa engkau dulu sebelum beriman, sebelum menjadi muadzin di Masjid Kenabian? Ah, engkau hanya budak belian. Tidak dikenal dan dilupakan!
Iman mengangkatmu mulia wahai Bilal! Iman telah bersemayam dalam jiwamu wahai Bilal, bersamaan dengan himpitan batu yang menyesakkan dada. Bersamaan dengan panasnya terik sahara. Bersamaan dengan cambuk majikanmu, Umayyah!
Wahai Umar, siapakah engkau sebelum ada iman? Bukankah engkau dulu hanya seorang preman? Tapi kini menjadi pemimpin orang-orang beriman. Ya, iman telah membimbingmu menuju cahaya-Nya yang terang benderang. Keluar dari kemungkaran menuju kemuliaan. Dari kebengisan menuju kadilan. Dari kemarahan menuju kelembutan.
Wahai sahabat, siapa bilang hidupmu terhina karena sakit di pembaringan? Hidupmu mulia dengan iman. Harta kekayaan dan jabatan bukanlah patokan,apakah engkau hina atau bukan. Tetapi iman. Meskipun engkau berada di pembaringan. Atau berada di rumah yang sangat sederhana. Selama masih ada iman, itulah kemuliaan.